Matahari
mulai menuju peraduannya, senja menyapa saat Spongebob duduk termenung
memandang langit gelap tanpa bintang. Masih terniang kehadiran ayahnya di rumah
petak ini. Tepat seminggu yang lalu ayahnya meninggal dunia. Kini, lengkaplah
sudah Spongebob menjadi yatim piatu, namun yang kini menjadi fikirannya adalah
beban hidup yang harus dia tanggung sendiri, dia benar-benar merasa sebatang
kara.
Spongebob
masih duduk di kelas dua belas SMA favorit di Jakarta,dia termasuk anak yang
cerdas. Spongebob datang ke sekolah tanpa semangat, selain karena baru
kehilangan ayahnya dia juga teringat tunggakan uang sekolah yang harus dilunasi
sebelum ujian akhir tiba.
“ Tuhan, berilah aku kemudahan sementara aku sedang berusaha ikhlas menerima cobaan“ ucapnya pahit.
“ Tuhan, berilah aku kemudahan sementara aku sedang berusaha ikhlas menerima cobaan“ ucapnya pahit.
Patrick
turun dari mobil mewahnya, dia berjalan menuju ruang kelas dan langsung
menghampiri sahabatnya Spongebob yang terihat masih murung, menyadari hal itu
Patrick berusaha menghibur sahabatnya.
“ Spongebob, sudah lama kita bersahabat tapi baru kali ini aku melihatmu semurung ini, aku mengerti perasaanmu tapi ya sudalah ikhlaskan ayahmu pergi, doakanlah selalu beliau bukannya kamu harus meratapi kepergian beliau setiap hari” ucap Patrick bersimpati.
“ Spongebob, sudah lama kita bersahabat tapi baru kali ini aku melihatmu semurung ini, aku mengerti perasaanmu tapi ya sudalah ikhlaskan ayahmu pergi, doakanlah selalu beliau bukannya kamu harus meratapi kepergian beliau setiap hari” ucap Patrick bersimpati.
“ Ya Patrick aku ikhlas
tapi yang aku fikirkan sekarang bagaimana aku bisa menyambung hidup, aku tidak
bekerja, orangtua sudah tidak punya, tunggakan uang sekolah dan biaya hidup entah darimana aku bisa mendapatkan biaya,
sepertinya aku harus berhenti sekolah dan mulai mencari pekerjaan” jawab
Spongebob lesu.
“ Kita telah berteman lama, dan aku pasti akan
membantumu “ ucap Patrick sambil merangkul bahu sahabatnya.
Patrick
memang berasal dari keluarga kaya, ayahnya pimpinan agen penerbit terkenal di Jakarta. Patrick tau betul watak Spongebob
yang pasti tidak mau di bantu secara cuma-cuma. Oleh karena itu, Patrick
menawarkan kepada Spongebob agar kumpulan cerpen yang selama ini ditulis
Spongebob ditawarkan kepada ayahnya untuk diterbitkan. Spongebob memang
mempunyai bakat menulis dan dia sangat senang saat mendapat tawaran itu.
Ayah
Patrick sangat terkesan dengan cerpen-cerpen yang dibuat oleh sahabat anaknya,
dia tertarik untuk menerbitkan kumpulan cerpen Spongebob dan semuanya tidaklah
sia-sia buku kumpulan cerpen karya Spongebob laku keras di pasaran. Spongebob
begitu bersyukur atas semua berkah ini, dia tidak perlu khawatir lagi untuk
menbiayai hidupnya. Patrick sangat bangga dengan sahabatnya sekaligus lega.
Tak
terasa ujian sekolah sebentar lagi tiba, Spongebob belajar dengan giat tapi dia
kesal melihat tingkah Patrick yang kadang malas belajar. Dia mulai menasehati
Patrick agar tidak terlalu asyik dengan game dan semua gadgetnya. Awalnya
Patrick hanya menanggapi bercanda tapi pada akhirnya Patrick luluh juga, karena Spongebob membujuknya dengan sangat
sabar.
“Pat, ayolah kalau tidak belajar serius dari sekarang kapan lagi? Memang kamu mau aku lulus kamu tidak,bukannya kita pernah berjanji untuk lulus sekolah bersama. Nah ayo kita belajar bersama” bujuk Spongebob penuh semangat.
“Pat, ayolah kalau tidak belajar serius dari sekarang kapan lagi? Memang kamu mau aku lulus kamu tidak,bukannya kita pernah berjanji untuk lulus sekolah bersama. Nah ayo kita belajar bersama” bujuk Spongebob penuh semangat.
Ujian
sekolah telah berlalu, Spongebob dan
Patrick dinyatakan lulus dengan nilai yang bagus. Orangtua Patrick turut berbangga atas keberhasilan dua sahabat
itu.
Kiranya
seperti itulah arti dari persahabatan. Seorang sahabat seperti Patrick tidak
akan tertawa di atas penderitaan sahabatnya dan seorang sahabat seperti
Spongebob juga tidak akan pernah
mebiarkan sahabatnya melakukan hal yang tidak baik, sahabat pasti akan selalu
menginginkan yang terbaik untuk sahabatnya.
0 komentar:
Posting Komentar